Setelah sekian lama menunggu, kabar gembira itu akhirnya datang juga. Permohonan agar beberapa anggota Cip-Cip Community mendapat kesempatan mengunjungi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok akhirnya disetujui.
Hari Jumat 6 Juli 2018, dua rombongan anggota Cip-Cip Community berangkat dari tempat yang berbeda. Satu rombongan berangkat dari Bekasi sedangkan rombongan yang lain berangkat dari daerah Jakarta Utara. Kami sepakat bertemu di sebuah restoran siap saji dan bersama-sama rombongan keluarga Ko Ahok menuju ke Mako Brimob.
Begitu memasuki gerbang kompleks Mako Brimob, mobil kami diminta menepi untuk diperiksa. Satu persatu nama dan KTP kami diperiksa dan disesuaikan dengan daftar nama yang diberikan saat mengajukan permohonan kunjungan.
Setelah pemeriksaan tak berarti kami bisa langsung bertemu Ko Ahok. Kami masih harus menunggu sebentar karena waktu kunjungan belum tiba.
Setelah ada pemberitahuan bahwa kami sudah boleh masuk kompleks barulah mobil rombongan kami beriringan menuju gedung tempat Ko Ahok berada.
Meskipun sudah mengetahui kalau di hari kunjungan ada beberapa rombongan yang akan mengunjungi Ko Ahok, semula kami kira hanya rombongan kami yang bisa bertemu pada waktu yang sudah ditentukan. Ternyata ada rombongan lain yang dijadwalkan bertemu Ko Ahok di jam yang sama.
Sebelum menemui Ko Ahok, petugas yang berjaga memastikan pengunjung tidak ada yang membawa telepon seluler, kamera, kertas dan alat tulis. Sehingga kami tak punya kesempatan berfoto dengan Ko Ahok atau sekedar meminta tanda tangan beliau.
Saat Ko Ahok menyambut kami, kesan yang langsung kudapat adalah beliau orang yang ramah dan dalam keadaan sehat serta bersemangat. Persis seperti yang sering kulihat di televisi. Sikap ramahnya membuat suasana begitu akrab. Seperti bukan sebuah pertemuan antara orang biasa dan tokoh terkenal. Bahkan ketika ibunda beliau datang langsung diperkenalkan kepada kami.
Saat itu memang lebih banyak Ko Ahok yang berbicara. Beliau menceritakan pengalamannya ketika awal masuk sel tahanan. Rasa marah dan bosan yang menyesakkan membuat beliau sempat merasa sakit. Sampai akhirnya beliau mencoba menerima keadaan, mengampuni lawan-lawannya dan belajar mengendalikan diri. Penjara dijadikan beliau sebagai tempat yang tepat untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan untuk memperbaiki diri.
Setengah bergurau beliau menceritakan dulu ibunda beliau menyuruh selalu berpikir dulu sebelum bicara tapi sekarang bahkan untuk berpikir pun beliau harus berpikir dahulu supaya lebih bijak dalam bertutur dan bertindak. Dan yang menjadi ukuran beliau untuk mengetahui apakah yang dilakukan sudah baik dan benar adalah jika sesuai dengan kehendak Allah.
Diselingi gurauan-gurauan kecil, masih ada hal-hal lain yang Ko Ahok sampaikan yang kalau kusimpulkan intinya adalah tentang pengendalian diri.
Tak terasa setengah jam telah berlalu dan waktu kunjungan kami sudah habis. Sambil berpamitan, Chandra Gunawan, seorang anggota Cip-Cip Community yang tuna netra memberikan keset yang khusus dibuatnya untuk Ko Ahok.
Sebelum pulang kami sempat juga berkenalan dan mengobrol dengan ibunda Ko Ahok, ibu Saras tante beliau serta ibu Nana kakak angkat beliau yang muslim.
Kunjungan ke Mako Brimob ini memberikan kesan mendalam bagiku. Tak sekedar memenuhi keinginan untuk bertemu tokoh terkenal yang kukagumi karena ketulusan dan kelurusan hatinya tapi karena aku mendapat "oleh-oleh" dari Ko Ahok. Oleh-oleh? Ya, lewat semangat, keramahan dan cerita-cerita Ko Ahok memberiku oleh-oleh istimewa berupa inspirasi. Inspirasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Inspirasi untuk bisa tetap menjadi berkat bagi orang lain dengan selalu bersikap dan menularkan pengaruh positif meski raga tak bebas.
Mudah-mudahan lewat tulisan ini, aku bisa membagi oleh-oleh istimewa yang kubawa dari Mako Brimob.
Diposting oleh
wahjoe wigati's blog
di
18.03